Selasa, 28 September 2010

CANGKOK GINJAL



A. Materi Umum

Tubuh kita memiliki kemampuan yang sama, yaitu akan selalu membersihkan zat-zat racun yang ada didalamnya. Racun berbahaya yang tersembunyi dalam tubuh harus dikeluarkan untuk tetap bertahan hidup. Proses ekskresi adalah kegiatan berupa menemukan dan membuang sampah-sampah yang diproduksi tubuh.

Organ ekskresi yang utama dalam tubuh adalah paru-paru, ginjal, dan kulit. Gas sisa dibawa oleh aliran darah vena ke paru-paru, melalui proses respirasi. Sel-sel mati dan keringat dikeluarkan dari tubuh melalui kulit yang merupakan bagian dari sistem integumen. Limbah cair dikeluarkan dari tubuh melalui ginjal. Ginjal terletak disebelah samping tulang belakang persisinya dibawah rongga dada. Ginjal berukuran kecil (sekitar 10 cm), berwarna merah coklat dan berbentuk seperti biji kacang-kacangan.

Selama beredar, aliran darah melewati ginjal dengan membawa bahan-bahan yang masih bermanfaat. Kelebihan air, mineral, dan molekul yang kaya nitrogen yang disebut urea. Ginjal menyaring bahan sisa tersebut dari darah, dan merubahnya menjadi urin.

Ginjal menyalurkan urin ke kandung kemih melalui 2 saluran panjang yang disebut ureter. Kandung kemih menyimpan urin sampai otot kandung kemih berkontraksi dan mendorong urin keluar dari tubuh, melalui uretra.

Setiap hari ginjal kita memproduksi sekitar 1,5 liter urin. Proses pengeluaran urin disebut urinisasi

Apabila ginjal mengalami gangguan / sakit sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, menyebabkan sampah dalam sistem tubuh bertumpuk dan akhirnya akan mengakibatkan kematian.

Beberapa penyakit gangguan fungsi ginjal dapat diobati dengan obat-obatan. penyakit ginjal parah membutuhkan penangan intensif yaitu dengan dialisis. Pada proses ini darah penderita dipompa melalui suatu alat yang menyaring zat sisa dalam darah, sehingga darah terbebas dari zat sisa yang membahayakan. Darah yang telah bersih dikembalikan lagi ke dalam tubuh penderita. proses dialisis membutuhkan waktu lebih kurang 16 jam.

Penangangan gangguan fungsi ginjal yang lebih radikal dapat dilakukan dengan cangkok ginjal. Beberapa orang dengan tingkat kesehatan tinggi dan dapat gidup dengan baik hanya dengan 1 ginjal, dapat mendonorkan ginjalnya pada penderita gangguan fungsi ginjal. Proses cangkok ginjal dapat dilakukan jika pendonor dengan pasien penerima ginjal memiliki kesamaan struktur genetik. Hal tersebut dilakukan agar ginjal baru dalam tubuh penerima tidak mengalami penolakan. Selain itu pasien juga harus mengkonsumsi obat anti penolakan.
Selama operasi cangkok ginjal, ginjal sehat yang akan di cangkokkan diletakkan di atas perut pasien, kemudia dipasangakan di atas ginjal lama dengan tidak membuang ginjal lama tersebut.

B. ISI
Ginjal adalah salah satu organ tubuh yang patut disyukuri dan
sayangi, perannya sangat penting dalam proses urinaria tubuh. Kerusakan
ginjal dapat mengganggu sistem sekresi.
Dalam tubuh, ginjal berfungsi sebagai filter untuk membersihkan darah atau
cairan lainnya. Fungsi itu bertujuan agar bahan-bahan kimia yang
terkandung dalam darah atau cairan tubuh lainnya tidak terbawa kembali
oleh darah dan beredar ke seluruh tubuh.
Sebagian kotoran hasil penyaringan itu nantinya akan dikeluarkan melalui
ginjal bersama air seni. Namun, sebagian lagi mungkin tertinggal dan
mengendap menjadi batu ginjal. Apabila endapan itu tidak dikeluarkan,
akan menetap di ginjal atau berpindah ke kandung kemih.
Pada penyakit gagal ginjal kronis yang terdapat pada kasus ini, memiliki
gejala seperti lemas, nafsu makan, mual, pucat, kencing sedikit, sesak napas.
Penyakit ginjal kronik biasanya tidak menimbulkan gejala awal yang jelas,
sehingga seringkali terlambat diketahui dan ditangani dengan tepat. Jika
penyakit ginjal menjadi kronik dan ginjal menjadi tidak berfungsi adabeberapa cara dapart dilakukan yaitu dengan cuci darah dan
pencangkokan ginjal.
Pencangkokan ginjal pada prinsipnya adalah memindahkan
ginjal sehat ke penderita gagal ginjal. Ginjal baru akan diletakkan di rongga
ileum kemudian menyambungkan pembuluh darah ginjal baru dengan
pasien, baru kemudian dengan (saluran kencing) ureter.
Berhasilnya pencangkokan ginjal baru ditandai dengan keluarnya air seni
dari ginjal tersebut. Ginjal yang gagal biasanya tidak perlu diambil tapi bila
menyebabkan infeksi maka ginjal tersebut perlu diangkat. Untuk operasi
pengangkatan ginjal tersebut diperlukan waktu 2-3 jam. Operasi
pencangkokan ginjal sendiri membutuhkan waktu 2-3 jam.
Pencangkokan ginjal merupakan cara pengobatan gagal ginjal terbaik
dimana satu ginjal sehat dapat menggantikan 2 ginjal sakit pada pasien
gagal ginjal.
Ginjal hasil pencangkokan dapat bertahan selama 40 tahun bila dirawat
dengan baik. Satu orang penderita gagal ginjal dapat melakukan
pencangkokan ginjal maksimal 4 kali. Batas umur penerima donor ginjal
pada pencangkokan bagi adalah 70-80 tahun. Setelah pencangkokan ginjal,
penerima donor harus minum obat yang biasa disebut anti tolak untuk
jangka panjang. Obat ini berfungsi agar tubuh dapat menerima organ baru
yang dicangkokkan.
Kasus ini sedikit sulit untuk diputuskan atau memprihatinkan. Butuh
pemikiran yang matang untuk menyalesaikan kasus seperti ini.
Sebenarnya seseorang mampu hidup secara normal seperti biasanya
walaupun hanya dengan satu ginjalnya. Pada awalnya dua ginjal bekerja
tidak secara penuh, sehinga jika salah satu ginjal seseorang diambil dengan
maksud untuk didonorkan, maka kehidupannya pun tak akan berpengaruh.
Lagipula, ginjal yang diambil bukanlah ginjalnya yang sehat, namun
ginjalnya yang sakit. Hal ini karena tim medis tak ingin setelah proses
pencangkokan ginjal, sang pendonor jadi sakit, syok atau bermasalah
dengan kesehatannya.
Namun bagi sang pasien, setelah proses pencangkokan ginjal berhasil maka
ia harus sering di monitori perkembangan kesehatannya dan harus sering
check up ke dokter serta masih harus minum obat secara rutin. Semua
dilakukan karena tubuh sang pasien telah menerima sesuatu yang baru dan
beda serta asing, sehingga tubuh sang pasien dikhawatirkan akan
mengeluarkan zat – zat antibody yang akan menyerang benda asing
tersebut. Oleh karena itulah, selama waktu kurang lebih 2 bulan sang pasien
harus sering dimonitori agar tidak terjadi sesuatu yang buruk padanya.
Sedangkan jikalau ditinjau dari segi agama, maka transplantasi ginjal
harus dilihat berdasarkan bagaimana kondisi sang pasien ataupun sang
pendonor di masa yang akan datang (aspek visioner). Dalam hukum islam
sendiri ada fatwa Nahdlatul Ulama yang mengatakan bahwa Transplantasi
Organ itu diperbolehkan, disamakan dengan diperbolehkannya menambal
dengan tulang manusia, asalkan memenuhi 4 syarat:
a. Karena dibutuhkan dan terdesak.
b. Tidak ditemukan selain dari anggota tubuh manusia.
c. Keikhlasan sang pendonor untuk memberikan ginjalnya.
d. Antara yang diambil dan yang menerima harus ada persamaan agama.

Dampak Positif dan Negatif Cangkok Ginjal

1. Pendonor
•Dampak Positif :
-Biaya Lebih Murah
-Resiko Penolakan Imun lebih kecik
-Waktu Pencangkokan dapat dipercepat
•Dampak negatif :
-Masih Mempunyai Tanggungan
-Umur sudah Tua, fungsi organ tubuh menurun

2. Penerima
•Dampak Positif :
-Biaya Lebih Murah
-Resiko Penolakan Imun lebih kecil
-Waktu Pencangkokan dapat dipercepat
-Kadaan Ginjal Lebih bagus
•Dampak Negatif :
-Masih Banyak Tanggungan
3. Orang Lain
•Dampak Positif:
-Praktis
-Dampaknya tidak meluas
•Dampak Negatif:
-Harganya mahal
-Sulit mencari donor yang sesuai

C. OPINI MASYARAKAT
1. Bagaimanakah cara atau tips menjaga ginjal tetap sehat ?
2. Apakah garis keturunan dapat mempengaruhi fungsi ginjal yang
dicangkok ?
3. Apa yang terjadi jikalau seseorang telah memberikan salah satu
ginjalnya kepada orang lain ?

D. SOLUSI
1. Selain melakukan pemantauan fungsi ginjal secara berkala, beberapa kebiasaan sehat dibawah ini juga akan membantu agar ginjal Anda tetap sehat :
• Menjaga berat badan ideal
• Minum air putih sesuai kebutuhan
• Mengurangi konsumsi garam
• Melakukan aktivitas fisik 30-60 menit sehari
• Mengonsumsi makanan sehat
• Tidak terlalu sering konsumsi obat herbal
• Tidak terlalu sering konsumsi obat kimiawi
2. Ya
3. Jika salah satu ginjal seseorang diambil dengan
maksud untuk didonorkan, maka kehidupannya pun tak akan berpengaruh.
Lagipula, ginjal yang diambil bukanlah ginjalnya yang sehat, namun ginjalnya yang sakit.

E. PENUTUP
a. Kesimpulan
• Empati dan Simpati sangat dibutuhkan dalam hubungan antar
manusia terutama dalam hubungan keluarga agar tercipta keharmonisan di
dalamnya
• Transplantasi ginjal diperbolehkan jikalau memang dalam keadaan
terdesak, dibutuhkan dan sudah tidak ada cara lain selain melakukan hal
tersebut. Karena jika hanya hemodialisa saja, kemungkinan tubuhnya untuk
tetap bertahan pun akan semakin kecil.




b. Saran
• Memberikan pemahaman dan pengarahan tentang empati
kepada pasien dan keluarga Sebaiknya Tn. H melakukan
cangkok ginjal dari keluarga terdekat.
Jika keluarga tidak bersedia, sebaiknya keluarga bersama-
sama mengumpulkan dana untuk membeli ginjal dan
melakukan cangkok ginjal dari orang lain.
• Solusi yang tepat pun menjadi pilihan dari kelompok kami,
yaitu dengan transplantasi ginjal dari sang adik ataupun sang
kaka yang penting ada keikhlasan dari sang pendonor. Hal ini
kami pilih karena ditinjau dari factor ekonomi dan kesehatan
sang pasien juga jikalau dia harus cuci darah 2 – 3 kali dalam
seminggu yang memakan biaya yang sangat besar.

Senin, 06 September 2010

KEMATIAN ITU PASTI TERJADI

Ummi Munaliza:
KEMATIANKehidupan berlangsung tanpa disadari dari detik ke detik. Apakah anda tidak menyadari bahwa hari-hari yang anda lewati justru semakin mendekatkan anda kepada kematian sebagaimana juga yang berlaku bagi orang lain?

Seperti yang tercantum dalam ayat(QS. 29:57) “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.” tiap orang yang pernah hidup di muka bumi ini ditakdirkan untuk mati. Tanpa kecuali, mereka semua akan mati, tiap orang. Saat ini, kita tidak pernah menemukan jejak orang-orang yang telah meninggal dunia. Mereka yang saat ini masih hidup dan mereka yang akan hidup juga akan menghadapi kematian pada hari yang telah ditentukan. Walaupun demikian, masyarakat pada umumnya cenderung melihat kematian sebagai suatu peristiwa yang terjadi secara kebetulan saja.

Coba renungkan seorang bayi yang baru saja membuka matanya di dunia ini dengan seseorang yang sedang mengalami sakaratul maut. Keduanya sama sekali tidak berkuasa terhadap kelahiran dan kematian mereka. Hanya Allah yang memiliki kuasa untuk memberikan nafas bagi kehidupan atau untuk mengambilnya.

Semua makhluk hidup akan hidup sampai suatu hari yang telah ditentukan dan kemudian mati; Allah menjelaskan dalam Quran tentang prilaku manusia pada umumnya terhadap kematian dalam ayat berikut ini:
(QS. 62:8)
Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”

Ummi Munaliza:
KEMATIANDimulai saat anda menghembuskan napas untuk yang terakhir kalinya, anda tidak ada apa-apanya lagi selain “selonggok daging”. Tubuh anda yang diam dan terbujur kaku, akan dibawa ke kamar mayat. Di sana, ia akan dimandikan untuk yang terakhir kalinya. Dengan dibungkus kain kafan, jenazah anda akan di bawa ke kuburan dalam sebuah peti mati. Sesudah jenazah anda dimasukkan ke dalam liang lahat, maka tanah akan menutupi anda. Ini adalah kesudahan cerita anda. Mulai saat ini, anda hanyalah seseorang yang namanya terukir pada batu nisan di kuburan.

Ummi Munaliza:
KEMATIAN Setelah kita meninggal dunia,apa yang berlaku kepada mayat kita adalah: jenazah yang ditimbun tanah akan mengalami proses pembusukan yang cepat. Segera setelah kita dimakamkan, maka bakteri-bakteri dan serangga-serangga berkembang biak pada mayat tersebut; hal tersebut terjadi dikarenakan ketiadaan oksigen. Gas yang dilepaskan oleh jasad renik ini mengakibatkan tubuh jenazah menggembung, mulai dari daerah perut, yang mengubah bentuk dan rupanya. Buih-buih darah akan meletup dari mulut dan hidung dikarenakan tekanan gas yang terjadi di sekitar diafragma. Selagi proses ini berlangsung, rambut, kuku, tapak kaki, dan tangan akan terlepas. Seiring dengan terjadinya perubahan di luar tubuh, organ tubuh bagian dalam seperti paru-paru, jantung dan hati juga membusuk. Sementara itu, pemandangan yang paling mengerikan terjadi di sekitar perut, ketika kulit tidak dapat lagi menahan tekanan gas dan tiba-tiba pecah, menyebarkan bau menjijikkan yang tak tertahankan. Mulai dari tengkorak, otot-otot akan terlepas dari tempatnya. Kulit dan jaringan lembut lainnya akan tercerai berai. Otak juga akan membusuk dan tampak seperti tanah liat. Semua proses ini berlangsung sehingga seluruh tubuh menjadi kerangka.

Tidak ada kesempatan untuk kembali kepada kehidupan yang sebelumnya. Berkumpul bersama keluarga di meja makan, bersosialisasi atau memiliki pekerjaan yang terhormat; semuanya tidak akan mungkin terjadi.

Singkatnya, “longgokkan daging dan tulang” yang tadinya dapat dikenali; mengalami akhir yang menjijikkan. Di lain pihak, anda – atau lebih tepatnya, jiwa anda – akan meninggalkan tubuh ini segera setelah nafas anda berakhir. Sedangkan sisa dari anda – tubuh anda – akan menjadi bagian dari tanah.

Ummi Munaliza:
Mengingati Mati : Bahagian 1Oleh : Al-Ustadzah Ummu Ishaq Al-Atsariyyah

Hidup di dunia ini tidaklah selamanya. Akan datang masanya kita berpisah dengan dunia berikut isinya. Perpisahan itu terjadi saat kematian menjemput, tanpa ada seorang pun yang dapat menghindar darinya. Karena Ar-Rahman telah berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

“Setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati, dan Kami menguji kalian dengan kejelekan dan kebaikan sebagai satu fitnah (ujian), dan hanya kepada Kami lah kalian akan dikembalikan.” (Al-Anbiya`: 35)

أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ

“Di mana saja kalian berada, kematian pasti akan mendapati kalian, walaupun kalian berada di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (An-Nisa`: 78)

Kematian akan menyapa siapa pun, baik ia seorang yang shalih atau durhaka, seorang yang turun ke medan perang ataupun duduk diam di rumahnya, seorang yang menginginkan negeri akhirat yang kekal ataupun ingin dunia yang fana, seorang yang bersemangat meraih kebaikan ataupun yang lalai dan malas-malasan. Semuanya akan menemui kematian bila telah sampai ajalnya, karena memang:

كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ

“Seluruh yang ada di atas bumi ini fana (tidak kekal).” (Ar-Rahman: 26)

Mengingat mati akan melembutkan hati dan menghancurkan ketamakan terhadap dunia. Karenanya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan hasungan untuk banyak mengingatnya. Beliau bersabda dalam hadits yang disampaikan lewat shahabatnya yang mulia Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:

أَكْثِرُوْا ذِكْرَ هَاذمِ اللَّذَّاتِ

“Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kelezatan (yakni kematian).” (HR. At-Tirmidzi no. 2307, An-Nasa`i no. 1824, Ibnu Majah no. 4258. Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu berkata tentang hadits ini, “Hasan shahih.”)

Dalam hadits di atas ada beberapa faedah:

- Disunnahkannya setiap muslim yang sehat ataupun yang sedang sakit untuk mengingat mati dengan hati dan lisannya, serta memperbanyak mengingatnya hingga seakan-akan kematian di depan matanya. Karena dengannya akan menghalangi dan menghentikan seseorang dari berbuat maksiat serta dapat mendorong untuk beramal ketaatan.

- Mengingat mati di kala dalam kesempitan akan melapangkan hati seorang hamba. Sebaliknya, ketika dalam kesenangan hidup, ia tidak akan lupa diri dan mabuk kepayang. Dengan begitu ia selalu dalam keadaan bersiap untuk “pergi.” (Bahjatun Nazhirin, 1/634)

Ucapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas adalah ucapan yang singkat dan ringkas, “Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kelezatan (kematian).” Namun padanya terkumpul peringatan dan sangat mengena sebagai nasihat, karena orang yang benar-benar mengingat mati akan merasa tiada berartinya kelezatan dunia yang sedang dihadapinya, sehingga menghalanginya untuk berangan-angan meraih dunia di masa mendatang. Sebaliknya, ia akan bersikap zuhud terhadap dunia. Namun bagi jiwa-jiwa yang keruh dan hati-hati yang lalai, perlu mendapatkan nasihat panjang lebar dan kata-kata yang panjang, walaupun sebenarnya sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

أَكْثِرُوْا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ

“Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kelezatan (yakni kematian).”

disertai firman Allah k:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ

“Setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati,” sudah mencukupi bagi orang yang mendengar dan melihat.

Alangkah bagusnya ucapan orang yang berkata:

اذْكُرِ الْمَوْتَ تَجِدُ رَاحَةً، فِي إِذْكَارِ الْمَوْتِ تَقْصِيْرُ اْلأَمَلِ

“Ingatlah mati niscaya kau kan peroleh kelegaan, dengan mengingat mati akan pendeklah angan-angan.”

Ummi Munaliza:
Mengingati Mati : bahagian 2Adalah Yazid Ar-Raqasyi rahimahullahu berkata kepada dirinya sendiri, “Celaka engkau wahai Yazid! Siapa gerangan yang akan menunaikan shalat untukmu setelah kematianmu? Siapakah yang mempuasakanmu setelah mati? Siapakah yang akan memintakan keridhaan Rabbmu untukmu setelah engkau mati?”

Kemudian ia berkata, “Wahai sekalian manusia, tidakkah kalian menangis dan meratapi diri-diri kalian dalam hidup kalian yang masih tersisa? Duhai orang yang kematian mencarinya, yang kuburan akan menjadi rumahnya, yang tanah akan menjadi permadaninya dan yang ulat-ulat akan menjadi temannya… dalam keadaan ia menanti dibangkitkan pada hari kengerian yang besar. Bagaimanakah keadaan orang ini?” Kemudian Yazid menangis hingga jatuh pingsan. (At-Tadzkirah, hal. 8-9)

Sungguh, hanya orang-orang cerdas cendikialah yang banyak mengingat mati dan menyiapkan bekal untuk mati. Shahabat yang mulia, putra dari shahabat yang mulia, Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma mengabarkan, “Aku sedang duduk bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala datang seorang lelaki dari kalangan Anshar. Ia mengucapkan salam kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu berkata, ‘Ya Rasulullah, mukmin manakah yang paling utama?’ Beliau menjawab, ‘Yang paling baik akhlaknya di antara mereka.’

‘Mukmin manakah yang paling cerdas?’, tanya lelaki itu lagi. Beliau menjawab:

أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا، أُولَئِكَ أَكْيَاسٌ

“Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapannya untuk kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang cerdas.” (HR. Ibnu Majah no. 4259, dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 1384)

Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullahu berkata, “Ad-Daqqaq berkata, ‘Siapa yang banyak mengingat mati, ia akan dimuliakan dengan tiga perkara: bersegera untuk bertaubat, hati merasa cukup, dan giat/semangat dalam beribadah. Sebaliknya, siapa yang melupakan mati ia akan dihukum dengan tiga perkara: menunda taubat, tidak ridha dengan perasaan cukup dan malas dalam beribadah. Maka berpikirlah, wahai orang yang tertipu, yang merasa tidak akan dijemput kematian, tidak akan merasa sekaratnya, kepayahan, dan kepahitannya. Cukuplah kematian sebagai pengetuk hati, membuat mata menangis, memupus kelezatan dan menuntaskan angan-angan. Apakah engkau, wahai anak Adam, mau memikirkan dan membayangkan datangnya hari kematianmu dan perpindahanmu dari tempat hidupmu yang sekarang?” (At-Tadzkirah, hal. 9)

Bayangkanlah saat-saat sakaratul maut mendatangimu. Ayah yang penuh cinta berdiri di sisimu. Ibu yang penuh kasih juga hadir. Demikian pula anak-anakmu yang besar maupun yang kecil. Semua ada di sekitarmu. Mereka memandangimu dengan pandangan kasih sayang dan penuh kasihan. Air mata mereka tak henti mengalir membasahi wajah-wajah mereka. Hati mereka pun berselimut duka. Mereka semua berharap dan berangan-angan, andai engkau bisa tetap tinggal bersama mereka. Namun alangkah jauh dan mustahil ada seorang makhluk yang dapat menambah umurmu atau mengembalikan ruhmu. Sesungguhnya Dzat yang memberi kehidupan kepadamu, Dia jugalah yang mencabut kehidupan tersebut. Milik-Nya lah apa yang Dia ambil dan apa yang Dia berikan. Dan segala sesuatu di sisi-Nya memiliki ajal yang telah ditentukan.

Al-Hasan Al-Bashri rahimahullahu berkata, “Tidaklah hati seorang hamba sering mengingat mati melainkan dunia terasa kecil dan tiada berarti baginya. Dan semua yang ada di atas dunia ini hina baginya.”

Adalah ‘Umar bin Abdil ‘Aziz rahimahullahu bila mengingat mati ia gemetar seperti gemetarnya seekor burung. Ia mengumpulkan para ulama, maka mereka saling mengingatkan akan kematian, hari kiamat dan akhirat. Kemudian mereka menangis hingga seakan-akan di hadapan mereka ada jenazah. (At-Tadzkirah, hal. 9)

Tentunya tangis mereka diikuti oleh amal shalih setelahnya, berjihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bersegera kepada kebaikan. Beda halnya dengan keadaan kebanyakan manusia pada hari ini. Mereka yakin adanya surga tapi tidak mau beramal untuk meraihnya. Mereka juga yakin adanya neraka tapi mereka tidak takut. Mereka tahu bahwa mereka akan mati, tapi mereka tidak mempersiapkan bekal. Ibarat ungkapan penyair:

Aku tahu aku kan mati namun aku tak takut

Hatiku keras bak sebongkah batu

Aku mencari dunia seakan-akan hidupku kekal

Seakan lupa kematian mengintai di belakang

Padahal, ketika kematian telah datang, tak ada seorangpun yang dapat mengelak dan menundanya.

فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لاَ يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلاَ يَسْتَقْدِمُونَ

“Maka apabila telah tiba ajal mereka (waktu yang telah ditentukan), tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak pula mereka dapat mendahulukannya.” (An-Nahl: 61)

وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا

“Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan kematian seseorang apabila telah datang ajal/waktunya.” (Al-Munafiqun: 11)

Wahai betapa meruginya seseorang yang berjalan menuju alam keabadian tanpa membawa bekal. Janganlah engkau, wahai jiwa, termasuk yang tak beruntung tersebut. Perhatikanlah peringatan Rabbmu:

وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدْ


“Dan hendaklah setiap jiwa memerhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat).” (Al-Hasyr: 18)

Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullahu menjelaskan ayat di atas dengan menyatakan, “Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab, dan lihatlah amal shalih apa yang telah kalian tabung untuk diri kalian sebagai bekal di hari kebangkitan dan hari diperhadapkannya kalian kepada Rabb kalian.” (Al-Mishbahul Munir fi Tahdzib Tafsir Ibni Katsir, hal. 1388)

Janganlah engkau menjadi orang yang menyesal kala kematian telah datang karena tiada berbekal, lalu engkau berharap penangguhan.

وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلاَ أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ

“Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepada kalian sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kalian, lalu ia berkata, ‘Wahai Rabbku, mengapa Engkau tidak menangguhkan kematianku sampai waktu yang dekat hingga aku mendapat kesempatan untuk bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shalih?’.” (Al-Munafiqun: 10)